Senin, Oktober 27, 2008

Pengembangan SIKDA di Kota Palembang

Sampai dimana Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) di Kota Palembang Saat ini ?

Kota Palembang telah mengembangkan SIKDA sebagai salah satu bagian dari SIKNAS, pengembangan ini telah dilaksanakan sejak tahun 2006 dengan dana pengembangan yang berasal dari berbagai sumber.

Sumber Dana Pengembangan SIKDA di Kota Palembang berasal dari :
1. APBD Kota Palembang Tahun 2006-2009
2. Proyek DHS2 (ADB) Tahun 2006-2009
3. Proyek SCHS (UE) Tahun 2005-2007

Dana Pengembangan SIKDA yang berasal dari APBD dan DHS2 (ADB), difokuskan untuk pengembangan infrastruktur pengolahan data seperti Pembelian Hardware (Komputer dan Jaringannnya) Serta Pembangunan Software Sistem Informasi Kesehatan yang spesifik untuk Kota Palembang. Sedangkan Yang berasal dari SCHS (UE) lebih mengarah pada Perbaikan Sistem Pelaporan secara manual dengan penggunaan family folder dan Pelatihan Pengembangan Sumberdaya Manusia yang akan menjalankan Sistem Informasi Kesehatan tersebut.

Saat ini semua Puskesmas di Kota Palembang telah memiliki komputer dengan jumlah yang beragam, 15 Puskesmas telah memiliki Jaringan LAN (Local Area Network) dengan minimal 6 unit komputer yang tersebar di setiap bagian. Sedangkan 22 Puskesmas yang lain mempunyai komputer yang berkisar antara 1 - 5 unit. Sedangkan Software yang dibangun saat ini sudah diimplementasikan.

Tapi bagaimana dengan laporan ? Hanya sekitar 50 % puskesmas yang rutin memberikan laporan, kemana puskesmas yang lain ? belum bisa menggunakan software SIK ? padahal sudah lebih 3 kali dilakukan pelatihan berulang dengan peserta yang sama. Kemauan Petugas dalam mengentry data ? Mungkin ini salah satu penyebabnya, padahal telah diberikan insentif bulanan untuk petugas puskesmas. Atau Mungkin juga beban kerja ganda ? Bisa juga karena petugas SIK dibebani juga dengan pekerjaan yang lain.

Puskesmas diberikan Family Folder untuk pencatatan rekam medik pasien, tapi sampai dimana pemanfaatannya saat ini ? Beberapa Puskesmas malah kembali ke pencatatan yang lama, family foldernya ditinggal dengan alasan habis dan tidak ada dana untuk pembelian family folder, karena harganya yang relatif mahal ???

Inilah mungkin beberapa kelemahan pengembangan SIKDA di Palembang, sudah banyak dana yang keluar tetapi belum ada data maksimal yang bisa termanfaatkan. ????????

Tolong masukan dan komentar dari rekan pembaca

Senin, Oktober 13, 2008

Kegiatan Lokakarya SIK Proyek SCHS

Point-Point Kegiatan Lokakarya SIK (Sistem Informasi Kesehatan)
Proyek Support Community to Health Services (SCHS)
Uni Eropa – Depkes RI



Palembang, 3 – 7 Oktober 2005

 Identifikasi keadaan dan masalah SIK
 Pengenalan Elemen Dokumen Kontrol System ISO 9001 : 2000
 Latihan / Praktek Lapangan tentang Analisa Struktur dan Proses Data Ke Puskesmas 23 Ilir dan Puskesmas Dempo
 Penentuan kebutuhan data puskesmas
 Pembahasan parameter kualitas data

Tugas – Tugas Setelah Workshop, yang harus di presentasikan pada Workshop Selanjutnya

 Mengkaji Model Jaringan Informasi Puskesmas (entry data dan manajemen pasien) dan Kebutuhan Teknologi Informasi di Kab/ Kota
 Mengidentifikasi ukuran ruangan, rak dan lemari untuk family folder dan buku register kesehatan di Puskesmas. Pembahasan parameter kualitas data
 Mengamati Dokumen dan kondisi pencatatan pasien di Puskesmas dan usulan rancangannya.
 Melakukan Assesment kebutuhan Pelatihan Teknologi Informasi bagi Kelompok Kerja SIK

Merangin, 14 – 24 November 2005


 Mendiskusikan tentang penggunaan Family Folder dan Register Pencatatan Pasien
 Mendiskusikan tentang Format Pencatatan dan Pelaporan
 Latihan / Praktek Lapangan tentang Family Folder dan Register Pencatatan Pasien Ke Puskesmas Pematang Kandis
 Mendiskusikan tentang contoh software SIMPUS

Tugas – Tugas Setelah Workshop, yang harus di presentasikan pada Workshop Selanjutnya

 Mengusulkan Pembentukan TIM SIK Kab/ Kota
 Melakukan Pemutakhiran Data Kesehatan (Profil) dengan Tim SIK Dinas Kesehatan
 Mensosialisasikan dan Mendiskusikan Template Data Pasien dan Family Folder dengan Puskesmas dan Dinas Kesehatan
 Membahas dengan Pengelola Program di Dinas dan Puskesmas tentang Duplikasi Data antara Laporan LB1, LB2, LB3 dan LB4 dengan Laporan Program.
 Melaksanakan Pelatihan Teknologi Informasi di Lembaga Pelatihan Kab/Kota masing masing

Jayapura, 18 – 28 April 2006

 Mendiskusikan dan Finalisasi Format Family Folder dan Pencatatan Pelaporan :
 Informasi Umum Kesehatan Individu
 Kartu Status pasien
 Kartu Rawat Jalan Umum dan Poli Gigi
 Kartu Kunjungan Laboratorium
 Kartu Ibu
 Kartu Anak (termasuk riwayat imunisasi)
 Kartu rawat Inap
 Melakukan Assesment Kebutuhan Teknologi Informasi untuk Puskesmas dan TIM SIK Dinkes.
 Diskusi tentang Aplikasi Data Entry Pasien Rawat Jalan dan Aplikasi Database Sederhana
 Diskusi tentang upaya Perbaikan Manajemen Informasi Kesehatan Kab/Kota

Tugas – Tugas Setelah Workshop, yang harus di presentasikan pada Workshop Selanjutnya

 Menyusun rencana pengembangan SIK secara menyeluruh termasuk kebutuhan pelatihan, family folder dan rak
 Mensosialisasikan dan Menerapkan Family Folder di Puskesmas Percontohan
 Membahas dengan TIM SIK Dinas dan Puskesmas tentang Penentuan format, bentuk dan frekuensi laporan puskesmas ke Dinkes (terkait dengan SPM) a.l. LB1 , LB2, LB3, LB4, LT 1 LT 2 serta W1 dan W2 Duplikasi Data antara Laporan LB1, LB2, LB3 dan LB4 dengan Laporan Program.
 Pelatihan Lanjutan Teknologi Informasi

Jambi, 11 – 20 September 2006

 Diskusi dan Evaluasi Hasil Penerapan Family Folder di Puskesmas Pilot Project
 Melakukan Revisi dan Evaluasi tentang format dan pengisian :
 Informasi Umum Kesehatan Individu
 Kartu Status pasien
 Kartu Rawat Jalan Umum dan Poli Gigi
 Kartu Kunjungan Laboratorium
 Kartu Ibu
 Kartu Anak (termasuk riwayat imunisasi)
 Kartu Rawat Inap
 Membuat dan Mendiskusikan SOP untuk setiap Form tersebut.
 Diskusi tentang Aplikasi keamanan data dan laporan
 Diskusi tentang Menghilangkan Duplikasi Data antara Form LB3 dan LB4 dengan Laporan Program.

Tugas – Tugas Setelah Workshop, yang harus di presentasikan pada Workshop Selanjutnya

 Menetapkan alur tata laksana pengumpul data, bentuk format dan pelaksana /penanggungjawab laporan dalam bentuk SOP SIK di puskesmas uji coba.
 Melakukan Pertemuan Sosialisasi Hasil WS SIK IV dengan Subdin Subdin Terkait di Dinkes tentang bentuk, format dan frekuensi Laporan dan output yang diinginkan dari Puskesmas ke Dinkes
 Mendiskusikan dengan TIM SIK Dinas dan Puskesmas tentang Kebutuhan Software yang diharapkan (Software Individu, Rekap Laporan dll)
 Melakukan Sosialisasi Family Folder ke 5 Puskesmas PIP yang lain


Palembang, 4 – 9 Desember 2006

 Diskusi dan Finalisasi Alur Data dan Tata Laksana Informasi serta Penanggung Jawab di Puskesmas
 Diskusi mengenai Rapid Survey
 Latihan membangun instalasi dan setting jaringan komputer sederhana
 Latihan Mengoperasikan database access dengan baik untuk mengentri data, eksport dll, guna ditayangkan lebih lanjut dan menginstalasi database acces kedalam jaringan

Tugas – Tugas Setelah Workshop, yang harus di presentasikan pada Workshop Selanjutnya

 Melakukan On Job Training ke Puskesmas PIP tentang Software SIK hasil WS SIK V.
 Melakukan Pelatihan Teknologi Informasi Kepada TIM SIK Puskesmas PIP.
 Melakukan monitoring dan supervisi implementasi uji coba family folder di Puskesmas uji coba.
 Melakukan koordinasi dengan IT Specialist PMU tentang upgrade terbaru Software SIK


Jakarta, 25-26 Oktober 2007

 Evaluasi Kegiatan Workshop SIK dari Workshop I sampai dengan Workshop SIK V.
 Evaluasi Hasil Implementasi Pengembangan SIK yang dihasilkan dari lima kali Workshop SIK.
 Merencanakan Replikasi Pengembangan SIK untuk daerah yang lain.

Sabtu, Oktober 11, 2008

Pengembangan SIKDA di Kota Palembang Proyek SCHS


Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
Proyek Support Community to Health Services (SCHS)
Uni Eropa – Depkes RI

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) di Kab/Kota sangat diperlukan kerjasama tim sehingga dibentuklah Kelompok Kerja Sistem Informasi Kesehatan (SIK). Kelompok Kerja SIK merupakan perintis terbentuknya TIM SIK di setiap Kab/Kota, Anggota TIM SIK ini minimal 1(satu) orang masing masing berasal dari setiap subdin atau bidang yang ada di Dinas Kesehatan Kab/Kota dan wakil dari setiap Puskesmas.

Untuk Kota Palembang telah terbentuk TIM SIK Dinas Kesehatan Kota Palembang berdasarkan SK Kadinkes No.800/097/KPTS/2005 yang anggotanya terdiri dari 1 orang setiap bag/subdin. Untuk pengembangan software SIK, SK tersebut diperbaharui dengan SK No. 800/109/KPTS/2006 tentang pembentukan TIM SIK Dinas Kesehatan dan Puskesmas

Proyek Support Community to Health Services (SCHS) Uni Eropa – Depkes RI, membentuk Kelompok Kerja SIK SCHS-UE dengan anggota terdiri dari : Provinsi 3 Orang (Sumatera Selatan, Jambi, Papua), Kab/Kota 16 Orang : Kota Palembang, OKI, Banyuasin (Sumatera Selatan), Merangin, Kerinci, Tanjung Jabung Timur (Jambi), Keerom, Merauke (Papua) masing-masing 2 orang setiap Kab/Kota. Kelompok Kerja SIK ini telah melaksanakan 6 Kali Lokakarya / Workshop SIK yang berkesinambungan yaitu di :

1. Palembang, 3 – 7 Oktober 2005
2. Merangin, 14 – 24 November 2005
3. Jayapura, 18 – 28 April 2006
4. Jambi, 11 – 20 September 2006
5. Palembang, 4 – 9 Desember 2006
6. Jakarta, 25-26 Oktober 2007

Lokakarya ” Pemantapan Strategi Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) proyek SCHS” ini dimaksudkan untuk membentuk dan memantapkan Kelompok Kerja SIK Kabupaten /Kota dalam upaya perbaikan komponen informasi kesehatan utamanya yang terkait dengan upaya kesehatan masyarakat (UKM). Selama Lokakarya diperkenalkan dan didiskusikan rencana pengembangan strategi informasi untuk meningkatkan pemanfaatan data baik cakupan berdasarkan kebutuhan nyata maupun kualitas informasi sebagai eviden guna pengambilan kebijakan dan keputusan operasional.

Elemen Elemen Lokakarya Sistem Informasi Kesehatan
• Pengenalan dan diskusi mengenai sebab dari perbedaan dan kelemahan dalam dokumen yang
ada sekarang dengan memberikan contoh data yang dikumpukan pada waktu yang lalu.
• Pengenalan pertama adalah teknik control dokumen dengan merujuk pada standard
internasional untuk Kualitas manajemen ISO 9001 sebagai instumen yang sistematis guna
menangani masalah yang ada dengan memberikan contoh2
• Latihan praktek dilakukan dengan kunjungan lapangan pada puskesmas terdekat guna latihan
setempat mengenai analisa arus dan kualitas data akan dilakukan
• Pengertian dari parameter pengawasan untuk kualitas data SIK, mengetahui status dari
indikator pada saat ini , pengawasan dampak kegiatan akan ditentukan oleh kelompokkerja

Beberapa hal yang sangat menentukan suksesnya pengembangan SIK ini yang perlu diperhatikan adalah :
• Anggota Kelompok Kerja SIK berada dalam posisi manajemen informasi di Kabupaten / kota
dan partisipasinya dalam kegiatan / lokakarya selanjutnya
• Kesinambungan dari anggota kelompok kerja yang sama merupakan hal yang sangat esensial
oleh karena substansi lokakarya selalu didasarkan dari hasil lokakarya sebelumnya.
• Berbagai tugas harus dilaksanakan oleh anggota kelompok kerja disela waktu antara lokakarya
satu dengan lokakarya berikutnya sehingga dapat saling memberikan pengalaman sewaktu
lokakarya berlangsung.

Sabtu, September 20, 2008

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

A. Pengantar dan Pengertian Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Parturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu.
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang per-rumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.
Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success factors) dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan.
Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya.
Rumah Sakit, sebagai salah satu institusi pelayan kesehatan masyarakat akan melayani traksaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengarui kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien. Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola dana untuk membiayai operasionalnya. Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit menggunakan sisi kemajuan komputer, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upanya membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual.Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah dalam upaya upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional.
Jaringan sistem pelayanan kesehatn tersebut memerlukan sistem informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, difahami, diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi. Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup lama.
2. Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.
3. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan sistem informasi
4. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi.
5. Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.
B. Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh:
a. Perkembangan organisasi tersebut
Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang digunakan sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut.
b. Perkembangan teknologi informasi
Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan:
1) Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi, karena teknologinya ketinggalan jaman (outdated) sehingga layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan pemasok perangkat keras.
2) Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah mengeluarkan versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai feature yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang juga telah berkembang.
Meskipun pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat keras maupun perangkat lunak tersebut, mecoba menjaga kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau dilihat dari sisi efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut tidak efektif. Hal ini disebabkan karena feature-feature yang baru tidak termanfaatkan dengan baik. Mengingat perkembangan teknologi informasi yang berlangsung dengan cepat, maka para pengguna harus sigap dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut. Konsekuensi dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah:
1) Dalam melakukan antisipasi perkembangan teknologi, harus tepat.
2) Harus selalu siap untuk melakukan pembaharuan perangkat keras maupun perangkat lunak pendukungnya, apabila diperlukan.
3) Harus siap untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru.
Arah perkembangan teknologi informasi dalam kurun waktu 3-5 tahun mendatang adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan perangkat keras dan komunikasi. Kecenderungan perkembangan perangkat keras:a) Peningkatan kecepatan.
b) Peningkatan kemampuan.
c) Penurunan harga.
d) Turn over alat yang semakin cepat.
Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan perubahan desain sistem perangkat keras yang digunakan, dari sistem dengan pola tersentralisasi menjadi sistem dengan pola terdistribusi. Pada pola terdistrubusi, kemampuan pengolahan data (computing power) di pecah menjadi dua, satu diletakkan pada komputer induk yang berfungsi sebagai pelayan (server) dan yang satu lagi diletakkan di komputer pengguna (client), desain ini disebut sebagai client-server achitecture.
2) Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama perangkat lunak basis data (database), juga mengikuti perkembangan desain sistem perangkat keras tersebut diatas. Pada server diletakkan perangkat lunak back-end dan pada client diletakkan perangkat lunak front-end. Perangkat lunak backend adalah perangkat lunak pengelola sistem basis data (database management system/DBMS), sedangkan perangkat lunak front-end adalah perangkat lunak yang dikembangkan dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL dari DBMS tersebut atau dengan perangkat lunak antarmuka (interface) untuk berbagai DBMS seperti ODBC (open database connectivity).
c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.
Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan dari para pemakai, baik dari sisi :
1) Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi,
2) Kemampuan belajar dari para pemakai, dan 3) Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.
Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC). EUC adalah pemakai yang melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya sendiri. Mengingat bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya melakukan pemantauan serta pengendalian terhadap EUC, maka EUC akan menyebabkan masalah yang serius dalam pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem informasi. Ancaman yang paling serius adalah adanya disintegrasi sistem menjadi sistem yang terfragmentasi.
4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu.
Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.
5. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan seperti: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi.
Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor seperti : keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan pada waktu sistem informasi siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa mendatang, termasuk antisipasi perkembangan organisasi dan perkembangan teknologi. Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi keadaan dimasa mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam implementasi dan operasionalisasi sistem informasi.
6. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik).
Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu.
Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan rancang bangun/desain sistem informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental atau sektoral tanpa adanya desain sistem informasi yang menyeluruh akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi sistem.
7. Informasi telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena keberadaan informasi tersebut:
a. Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja,
b. Menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan,
c. Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan kedudukan/peringkat organisasi tersebut dalam persaingan lokal maupun global.
8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang mudah dipahami.
Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup luas cakupannya. Oleh karena itu, dalam penjabaran sering digunakan istilah sebagai berikut:
a. Sistem
b. Subsistem
c. Modul
d. Submodul
e. Aplikasi
Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa modul, masing-masing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan masingmasing submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan kebutuhan. Struktur hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi pemahaman maupun penamaan. Pada beberapa kondisi tidak perlukan penjabaran sampai 5 tingkat, misalnya sebuah modul tidak perlu lagi dijabarkan dalam sub-sub modul, karena jabaran berikutnya sudah sampai tingkatan aplikasi.
Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Melalui hasil pengembangan sistem informasi diatas, maka diharapkan dapat menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat interoperable dengan jaringan lain.
3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagaikomponen sistem di masa depan.
4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders
7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya
8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir.
9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran.
10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif.
11. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.

Disadur dari Tulisan Sistem Informasi Kesehatan
By: Raden Sanjoyo – FMIPA Universitas Gadjah Mada

Media Berbagi Informasi

Blog ini dibuat sebagai Media berbagi Informasi mengenai Sistem Informasi Kesehatan